BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai dari konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Dari peristiwa kehamilan dikenal dengan istilah primigravida dan multigravida. Primigravida adalah wanita yang hamil pertama kali sedangkan multigravida adalah ibu hamil yang sebelumnya sudah pernah hamil lebih dari satu kali. Dalam proses kehamilan terjadi perubahan anatomi fisiologi, selain perubahan tersebut ibu hamil mengalami ketidaknyamanan dalam kehamilan seperti kelelahan, keputian, ngidam, sering buang air kencing dan emesis gravidarum (Kusmiyati, 2009:123). Keluhan yang paling umum dirasakan pada ibu hamil adalah emesis gravidarum.
Emesis gravidarum adalah gejala yang wajar dan sering didapatkan pada ibu hamil trimester I. Mual dan muntah biasanya terjadi pada pagi hari tetapi dapat pula timbul setiap saat pada malan hari. Emesis gravidarum kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk yang disebut hiperemesis gravidarum (Prawirohardjo, 2005:275).
Emesis gravidarum merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan paling menyebabkan stres yang berkaitan dengan kehamilan. Akan tetapi dokter obstetri dan dokter umum menganggap mual dan muntah hanya semata-mata merupakan sebuah gejala fisiologis, dan sebuah masalah yang sering kali membuat mereka merasa tidak berdaya untuk mengatasinya. Mual dan muntah sering kali diabaikan karena dianggap sebagai sebuah konsekuensi normal diawal kehamilan tanpa mengetahui dampak hebat yang ditimbulkan pada wanita dan keluarga mereka (Tiran, 2009:2).
Kejadian emesis gravidarum dialami oleh sebagian besar ibu hamil baik primigravida maupun multigravida. Emesis gravidarum terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida (Prawirohardjo, 2005:275). Sekitar 70% wanita hamil akan mengalami rasa mual. Rasa mual ini dimulai pada minggu-minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan keempat, namun sekitar 12% ibu hamil mengalaminya sampai sembilan bulan (Jimenez, 2000:31). Power et al (2001) mencatat 51,4% wanita mengalami mual dan 9,2% wanita mengalami muntah (Tiran, 2009:2). Hasil survei pendahuluan di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung, pada bulan Desember 2010 ada 20 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan ada 10 ibu hamil trimester I yang diwawancara didapatkan sebanyak 6 ibu hamil primigravida (60%) yang mengalami emesis gravidarum dan 4 ibu hamil multigravida atau grandemultigravida (40%) yang tidak mengalami emesis gravidarum.
Pada sebagian besar primigravida belum mampu beradaptasi dengan hormon estrogen dan koreonik gonadotropin sehingga lebih sering terjadi emesis gravidarum. Sedangkan pada multigravida dan grandemultigravida sudah mampu beradaptasi dengan hormon estrogen dan koreonik gonadotropin karena sudah mempunyai pengalaman terhadap kehamilan dan melahirkan (Prawirohardjo, 2005:275).
Pada awal kehamilan terjadi peningkatan kadar hormon beta HCG (hormon Chorionic Gonadotropin) yang berfungsi untuk menjaga kehamilan sebelum plasenta terbentuk. Hormon HCG memicu tingginya produksi asam lambung, sehingga ibu hamil merasa seperti orang sakit maag dengan gejala kembung, mual, muntah, dan nyeri ulu hati. Hormon HCG juga mengurangi gerakan lambung dan usus. Peningkatan hormon beta HCG disertai peningkatan sensitifitas wanita hamil terhadap bau akibat efek hormon progesteron yang juga meningkat semasa hamil, terkadang menyebabkan mual dan muntah hebat pada masa awal kehamilan (Utami, 2008:3).
Emesis gravidarum merupakan tanda fisik dari penolakan psikologis terhadap kehamilan. Muntah yang sangat berlebihan selama kehamilan disebut hiperemesis gravidarum yang dapat mengganggu pekerjaan sehari-hari dan menimbulkan kekurangan cairan dan terganggunya keseimbangan elektrolit. Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis dipakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran tubuh beralih pada cadangan lemak dan protein. Penderita hiperemesis gravidarum tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim, oleh karena itu hiperemesis gravidarum harus dicegah dan mendapat pengobatan (Prawirohardjo, 2005:275).
Alasan peneliti melakukan penelitian di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung karena cakupan ANC yang cukup banyak khususnya ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum. Selain itu masih banyak masyarakat yang belum mengerti tentang hal-hal yang bisa mengganggu kehamilan dan cara menanganinya misalnya emesis gravidarum.
Sebagian besar wanita akan berupaya untuk mengatasi sendiri gejala yang mereka rasakan, kadang meminta saran dari bidan, dokter umum atau ahli obstetri mereka, meskipun Dilorio et al (1994) menemukan bahwa praktisi medis melihat wanita sebagai sumber informasi primer berkenaan dengan masalah yang mereka rasakan. Pendekatan professional tenaga kesehatan memasukan saran untuk mengkonsumsi makanan dalam jumlah sedikit, namun sering untuk mempertahankan kadar gula darah. Saran ini mencakup banyaknya anjuran untuk memakan biskuit kering atau sepotong roti bakar sebelum bangun dari tempat tidur di pagi hari (Tiran, 2009:25). Penderita diberi makan-makanan yang ringan mudah dicerna dan diberikan penjelasan bahwa keadaan ini masih dalam batas normal (Kusmiyati, 2009:94).
Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik meneliti Hubungan antara Status Gravida dengan Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan yaitu “Bagaimanakah hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I?”.
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi status gravida pada ibu hamil trimester I.
1.3.2.2 Mengidentifikasi kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I.
1.3.2.3 Menganalisis hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Bagi Responden
Dengan penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi klien agar mengetahui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi emesis gravidarum agar tidak berlanjut menjadi hiperemesis gravidarum.
1.4.2 Bagi Bidan
Dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan dan sebagai acuan dalam peningkatan pelayanan yang lebih optimal.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan teori dalam proses pendidikan.
1.4.4 Bagi Tempat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan tempat pelayanan dapat memberikan penanganan tentang emesis gravidarum agar tidak berlanjut menjadi hiperemesis gravidarum pada ibu hamil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Status Gravida
2.1.1 Definisi
Gravida ialah seorang wanita yang hamil (Oxorn, 2010 : 58).
2.1.2 Pembagian
2.1.2.1 Primigravida
Adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya.
2.1.2.2 Multigravida
Adalah seorang wanita yang hamil lebih dari dua kali atau lebih.
2.1.2.3 Grandemultigravida
Adalah seorang wanita yang hamil lebih dari lima kali.
2.1.3 Penentuan Graviditas / Paritas.
2.1.3.1 Jika menggunakan sistim Gravida / para 2-digit
1) Gravida: Menunjukkan berapa kali seorang wanita pernah hamil. Bila saat ini hamil, kehamilannya masuk hitungan.
2) Para : Menunjukan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya. Jika seorang wanita hamil kembar, kehamilannya tetap dihitung sebagai satu kali kehamilan. Jika janin lahir mati, namun sudah melewati usia viabilitas, usia tersebut masuk hitungan paritas.
2.1.3.2 Jika menggunakan sistim 4-digit, perhitungan paritas klasik:
1) Digit pertama: Jumlah kehamilan cukup bulan yang dilahirkan seorang wanita (>37 minggu), jika terdapat kelahiran kembar, tetap dihitung satu kali kehamilan.
2) Digit kedua: Jumlah kelahiran kurang bulan (kehamilan viabel <37 minggu).
3) Digit ketiga: Jumlah kehamilan yang berakhir dengan aborsi spontan atau diinduksi sebelum janin viabel perhitungan yang biasa digunakan, yaitu kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
4) Digit keempat: Jumlah anak yang hidup (Varney, 2010:191).
2.1.4 Faktor yang berhubungan dengan penentuan jumlah anak.
2.1.4.1 Pendidikan.
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah dalam memperoleh menerima informasi, sehingga kemampuan ibu dalam berpikir lebih rasional. Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi akan lebih berpikir rasional bahwa jumlah anak yang ideal adalah 2 orang.
2.1.4.2 Pekerjaan.
Pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat. Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan. Banyak anggapan bahwa status pekerjaan seseorang yang tinggi, maka boleh mempunyai anak banyak karena mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari.
2.1.4.3 Keadaan Ekonomi.
Kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong ibu untuk mempunyai anak lebih karena keluarga merasa mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup.
2.1.4.4 Latar Belakang Budaya.
Kultur universal adalah unsur-unsur kebudayaan yang bersifat universal, ada di dalam semua kebudayaan di dunia, seperti pengetahuan bahasa dan khasanah dasar, cara pergaulan sosial, adat-istiadat, penilaian-penilaian umum. Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepercayaan individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual. Latar belakang budaya yang mempengaruhi status gravida antara lain adanya anggapan bahwa semakin banyak jumlah anak, maka semakin banyak rejeki.
2.1.4.5 Pengetahuan.
Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang jumlah anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia ketahui (suparyanto, 2010).
2.2 Konsep Emesis Gravidarum
2.2.1 Pengerian Emesis Gravidarum.
Emesis Gravidarum merupakan keluhan umum yang disampaikan pada kehamilan muda. Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada wanita karena terdapat peningkatan hormon estrogen, progesteron, dan dikeluarkannya human chorionic gonadothropine plasenta. Hormon inilah yang menyebabkan emesis gravidarum (Utami, 2008:3).
2.2.2 Gejala Klinis Emesis Gravidarum.
Emesis gravidarum berlangsung sepanjang hari, atau mungkin tidak terjadi sama sekali pada saat bangun tidur dipagi hari. Beberapa wanita mengalami mual dan muntah kembali pada minggu terakhir sebelum persalinan (Tiran, 2009:4).
2.2.3 Faktor yang mempengaruhi Emesis Gravidarum
2.2.3.1 Hormonal
Mual dan muntah selama kehamilan biasanya disebabkan oleh perubahan dalam sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh tingginya fluktasi kadar HCG (human chorionic gonadotrophin), khususnya karena periode mual atau muntah gestasional yang paling umum adalah pada 12-16 minggu pertama, yang pada saat itu, HCG mencapai kadar tingginya. HCG sama dengan LH (luteinzing hormone) dan disekresikan oleh sel-sel trofoblas blastosit. HCG melewati kontrol ovarium di hipofisis dan menyebabkan korpus luteum terus memproduksi estrogen dan progesteron, suatu fungsi yang nantinya diambil alih oleh lapisan korionik plasenta. HCG dapat dideteksi dalam darah wanita dari sekitar tiga minggu gestasi (yaitu satu minggu setelah fertilisasi), suatu fakta yang menjadi dasar bagi sebagian besar tes kehamilan (Tiran, 2009:5).
2.2.3.2 Faktor Psikososial
Diagnosis kehamilan sering diperkuat oleh hasil dari kecurigaan yang dipicu oleh keadaan mual dan muntah, tanpa adanya etiologi lain. Mengetahui akan menjadi orang tua menyebabkan koflik emosi, termasuk kegembiraan dan penantian, kecemasan tentang kesehatan ibu dan bayi serta khawatir tentang pekerjaan, keuangan, atau hubungan dengan suami. Sering kali ada perasaan ambivalen terhadap kehamilan dan bayi, dan pada beberapa wanita hal ini mungkin membuat mereka sedih karena sebentar lagi mereka akan kehilangan kebebasan mereka. Mungkin ada gangguan persepsi, ketidakpercayaan mengenai ketakutan nyata akan meningkatnya tanggung jawab.
Masalah psikologis dapat memprediksi beberapa wanita untuk mengalami mual dan muantah dalam kehamilan, atau memperburuk gejala yang sudah ada atau mengurangi kemampuan untuk mengatasi gejala “normal”. Kehamilan yang tidak direncanakan, tidak nyaman atau tidak diinginkan, atau karena beban pekerjaan atau finansial akan menyebabkan penderitaan batin, ambivalensi, dan konflik. Kecemasan berdasarkan pengalaman melahirkan sebelumnya, terutama kecemasan akan datangnya hiperemesis gravidarum atau preeklamsia. Wanita yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan, rentan terhadap masalah dengan distres emosional menambah ketidaknyamanan fisik. Syok dan adaptasi yang dibutuhkan jika kehamilan ditemukan kembar, atau kehamilan terjadi dalam waktu berdekatan, juga dapat menjadi faktor emosional yang membuat mual dan muntah menjadi lebih berat (Tiran, 2009:287).
2.2.3.3 Masalah Pekerjaan
Perjalanan ketempat kerja yang mungkin terburu-buru di pagi hari tanpa waktu yang cukup untuk sarapan dapat menyebabkan mual dan muntah. Tergantung pada sifat pekerjaan wanita, aroma, zat kimia, atau lingkungan dapat menambah rasa mual wanita dan menyebabkan mereka muntah. Merokok terbukti memperburuk gejala mual dan muntah, tetapi tidak jelas apakah ini disebabkan oleh efek olfaktorius (penciuman) atau efek nutrisi, atau apakah dapat dibuat asumsi mengenai hubungan antara kebiasaan praktik dan distres psikoemosional. Tentu saja banyak wanita yang mengalami mual dan muntah akan membenci bau asap rokok dan tembakao (Tiran, 2009:17).
2.2.3.4 Status Gravida
Pada sebagian besar primigravida belum mampu beradaptasi dengan hormon estrogen dan koreonik gonadotropin sehingga lebih sering terjadi emesis gravidarum. Sedangkan pada multigravida dan grandemultigravida sudah mampu beradaptasi dengan hormon estrogen dan koreonik gonadotropin karena sudah mempunyai pengalaman terhadap kehamilan dan melahirkan (Prawirohardjo, 2005:207). Pada primigravida menunjukkan kurangnya pengetahuan, informasi dan komunikasi yang buruk antara wanita dan pemberi asuhannya turut mempengaruhi persepsi wanita tentang gejala mual dan muntah. Sedangkan pada multigravida dan grandemultigravida sudah mempunyai pengalaman, informasi dan pengetahuan tentang gejala emesis gravidarum sehingga mampu mengatasi gejalanya (Tiran, 2009:17).
2.2.4 Penanganan Emesis Gravidarum.
Penanganan yang dapat dilakukan:
2.2.4.1 Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang hamil muda yang selalu dapat disertai emesis gravidarum. Emesis gravidarum akan berangsur-angsur berkurang sampai umur kehamilan 4 bulan.
2.2.4.2 Dinasehatkan agar tidak terlalu cepat bangun dari tempat tidur, sehingga tercapai adaptasi aliran darah menuju susunan saraf pusat.
2.2.4.3 Nasehat diet, dianjurkan makan dengan porsi kecil, tetapi lebih sering. Makanan yang merangsang timbulnya mual dan muntah dihindari.
2.2.4.4 Obat-obatan, pengobatan ringan tanpa masuk rumah sakit pada Emesis Gravidarum:
1) Vitamin yang diperlukan:
(1) Vitamin B kompleks.
(2) Mediamer B6, sebagai vitamin dan anti muntah.
2) Pengobatan
(1) Sedativa ringan: luminal 3 x 30mg (barbitura), valium.
(2) Anti mual dan muntah: stimetil, primperan, emetrol dan lainnya.
3) Nasehat dan Pengobatan.
(1) Banyak minum air putih atau minuman lain.
(2) Hindari minuman atau makanan yang asam untuk mengurangi iritasi lambung.
4) Nasehat control antenatal.
(1) Pemeriksaan hamil lebih sering.
(2) Segera datang bila terjadi keadaan abnormal.
2.3 Konsep Ibu Hamil Trimester I
2.3.1 Kehamilan
Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm sekitar 280 sampai 300 hari dengan perhitungan sebagai berikut:
2.3.1.1 Kehamilan sampai 28 minggu dengan berat janin 1000g bila berakhir disebut keguguran.
2.3.1.2 Kehamilan 29 sampai 36 minggu bila terjadi persalinan disebut prematuritas.
2.3.1.3 Kehamilan berumur 37 sampai 42 minggu disebut aterm.
2.3.1.4 Kehamilan melebihi 42 minggu disebut kehamilan lewat waktu atau postdatism (serotinus).
Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan,yaitu:
1) Triwulan kesatu : 0 sampai 12 minggu
2) Triwulan kedua : 13 sampai 28 minggu
3) Triwulan ketiga : 29 sampai 42 minggu (Prawirohardjo, 2005:538).
2.3.2 Kehamilan Trimester I
Trimester pertama sering dikatakan sebagai masa penentuan. Penentuan untuk membuktikan bahwa wanita dalam keadaan hamil. Pada saat inilah tugas psikologis pertama sebagai calon ibu untuk dapat menerima kenyataan akan kehamilannya, selain itu dampak terjadinya peningkatan hormon estrogen dan progesteron pada tubuh ibu hamil akan mempengaruhi perubahan pada fisik sehingga banyak ibu hamil yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan kesedihan.
2.3.3 Kehamilan Trimester II
Trimester kedua sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan. Ini disebabkan karena pada trimester ini umumnya wanita sudah merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan salah satunya emesis gravidarum. Tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil sudah berkurang.
2.3.4 Kehamilan Trimester III
Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penantian. Pada periode ini wanita menanti kehadiran bayinya. Ibu menjadi tidak sabar untuk segera melihat bayinya. Ada perasaan tidak menyenangkan ketika bayinya tidak lahir tepat pada waktunya, sehingga seorang ibu menjadi gelisah dan hanya bisa melihat dan menunggu tanda-tanda dan gejala-gejalanya (Kusmiyati, 2009:68).
2.3.5 Tanda-tanda kehamilan
2.3.5.1 Tanda-tanda dugaan hamil
Untuk dapat menegakkan kehamilan ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala hamil. Tanda-tanda dugaan kehamilan:
1) Amenorea ( terlambat datang bulan )
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de Graff dan ovulasi. Mengetahui tanggal haid terakhir dengan perhitungan rumus Naegle dapat ditentukan perkiraan persalinan.
2) Mual (nausea) dan muntah (emesis)
Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Menimbulkan mual dan muntah terutama pagi hari yang disebut morning sickness. Dalam batas yang fisiologis keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang.
3) Ngidam
Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama akan tetapi menghilang dengan makin tuanya kehamilan.
4) Sinkope atau pingsan
Terjadinya gangguan sirkulasi kedaerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkop atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah umur hamil 16 minggu.
5) Payudara tegang
Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktuli dan alveoli.
6) Sering miksi
Terjadi karena kandung kecing pada bulan-bulan pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar.
7) Konstipasi atau obstipasi.
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
8) Pigmentasi kulit.
(1) Sekitar pipi: Chloasma Gravidarum
Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit pada kulit.
(2) Dinding perut
a) Striae lividae
b) Striae nigra
c)Linea alba makin hitam
(3) Sekitar payudara
a) Hiperpigmentasi areola mamae
b) Putting susu makin menonjol
c) Kelenjar Montgomery menonjol.
d) Pembuluh darah menifes sekitar payudara.
9) Epulis
Hipertrofi papilla ginggivae.
10) Varices atau penampakan pembuluh darah vena.
Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah vena. Penampakan pembuluh darah itu terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki dan betis dan payudara. Penanpakan pembuluh darah ini dapat menghilang setelah persalinan.
2.3.5.2 Tanda tidak pasti kehamilan
1) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya kehamilan.
2) Pada pemeriksaan dapat dijumpai:
(1) Tanda hegar
Tanda ini berupa perlunakan pada daerah isthmus uteri, sehingga daerah tersebut pada penekanan mempunyai kesan lebih tipis dan uterus mudah difleksikan. Dapat diketahui melalui pemeriksaan bimanual. Tanda ini mulai terlihat pada minggu ke-6 dan menjadi nyata pada minggu ke 7-8.
(2) Tanda chadwicks
Dinding vagina mengalami kongesti, warna kebiru-biruan.
(3) Tanda piscaseck
Uterus membesar kesalah satu jurusan hingga menonjol jelas kejurusan pembesaran tersebut.
(4) Kontraksi braxton hiks
Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus dalam masa hamil. Pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak ada kehamilan, misalnya pada mioma uteri, tanda Braxton hiks tidak ditemukan.
(5) Suhu basal
Suhu basal yang sesudah ovulasi tetap tinggi terus antara 37,2C sampai 37,8C adalah salah satu tanda akan adanya kehamilan.
3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif
2.3.5.3 Tanda pasti kehamilan
Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh ibunya pada kehamilan 18 minggu, sedangkan pada multigravida pada 16 minggu, oleh karena sudah berpengalaman dari kehamilan terdahulu. Gerakan janin kadang-kadang pada kehamilan 20 minggu dapat diraba secara objektif oleh pemeriksa, balotemen dalam uterus dapat diraba pada kehamilan lebih tua. Bila dilakukan pemeriksaan dengan sinar rontgen kerangka fetus mulai dapat dilihat. Dengan alat fetal electro cardiograph denyut jantung janin dapat dicatat pada kehamilan 12 minggu.
Dengan memakai alat dengan sistem Doppler dapat pula dicatat denyut jantung. Keuntungan cara yang terakhir ini adalah bahwa janin tidak terpengaruh seperti oleh sinar rontgen.
Dengan stetoskop Laennec bunyi jantung janin baru dapat didengar pada kehamilan 18-20 minggu. Dapat pula didengar bising dari uterus yang sinkron dengan nadi ibu karena pembuluh-pembuluh darah uterus membesar.
Dalam triwulan terakhir gerakan janin lebih gesit. Bunyi jantung janin dapat pula didengar lebih jelas. Bagian-bagian besar janin, ialah kepala dan bokong, dan bagian-bagian kecil, ialah kaki dan lengan, dapat diraba dengan jelas. Pada primigravida kepala janin mulai turun pada kehamilan kira-kira 36 minggu, sedang pada multigravida pada kira-kira 38 minggu, kadang-kadang baru pada permulaan partus.
Dari keseluruhan yang diuraikan di atas, maka diagnosis pasti kehamilan dapat dibuat bila :
1) Dapat diraba dan kemudian dikenal bagian-bagian janin.
2) Dapat dicatat dan di dengar bunyi jantung janin dengan beberapa cara.
3) Dapat dirasakan gerakan janin dan balotemen.
4) Pada pemeriksaan dengan sinar rontgen tampak kerangka janin.
5) Dengan ultrasonografi (scanning) dapat diketahui ukuran kantong janin, panjangnya janin (crown-rump), dan diameter biparietalis hingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan, dan selanjutnya dapat dipakai untuk menilai pertumbuhan janin.
Dapat pula dipakai bila ada kecurigaan dalam kehamilan mola, blighted ovum, kematian janin intra uterin, anensefali, kehamilan ganda, hidramnion, plasenta previa, dan tumor pelvis. Pemeriksaan dengan ultrasonografi pada kehamilan 16-18 minggu yang diperkirakan aman memang menjadi pegangan untuk pasien dan dokternya untuk pengawasan kehamilan lebih yakin dan mantap (Prawirohardjo, 2005:126).
2.4 Hubungan antara Status Gravida dengan Kejadian Emesis gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I.
Emesis gravidarum merupakan akibat dari peningkatan hormon estrogen, sehingga terjadi pada trimester I. Pengaruh fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas mungkin berasal dari sistim saraf pusat atau akibat dari berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan (Prawirohardjo, 2005:176).
Pada sebagian besar primigravida belum mampu beradaptasi dengan hormon estrogen dan koreonik gonadotropin sehingga lebih sering terjadi emesis gravidarum. Sedangkan pada multigravida dan grandemultigravida sudah mampu beradaptasi dengan hormon estrogen dan koreonik gonadotropin karena sudah mempunyai pengalaman terhadap kehamilan dan melahirkan (Prawirohardjo, 2005:275).
Mual dan muntah dapat menimbulkan kekhawatiran pada primigravida maupun multigravida. Emosi selama kehamilan, baik pada individu maupun pada beberapa wanita serta kekhawatiran yang dialami oleh primigravida menunjukkan kurangnya pengetahuan, informasi dan komunikasi antara wanita dan pemberi asuhannya yang turut mempengaruhi persepsi wanita tentang gejala mual dan muntah. Sedangkan pada multigravida dan grandemultigravida sudah mempunyai pengalaman, informasi dan pengetahuan tentang gejala emesis gravidarum sehingga mampu mengatasi gejalanya.
Hal yang diatas menjelaskan mengapa wanita primigravida tampak lebih sering memerlukan hospitalisasi dibandingkan wanita multigravida dan grandemultigravida, meskipun wanita dalam kehamilan berikutnya dapat disibukkan dengan anak lain. Telah terbukti bahwa kebutuhan untuk perawatan di Rumah Sakit meningkat dengan semakin besarnya keparahan dan durasi emesis gravidarum terutama pada primigravida (Tiran, 2009:290).
2.5 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep merupakan suatu yang abstrak, logika secara harfiah dan akan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan dengan body of knowledge (Nursalam, 2008:55). Pada penelitian ini kerangka konsepnya dapat digambarkan sebagai berikut :
| |||||
![]() | |||||
| |||||
Bagan 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I Modifikasi teori Manuaba (1998) dan teori Tiran (2009).
2.6 Kerangka Penelitian
kerangka penelitian hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I.
![]() | |||||
![]() | |||||
![]() | |||||
Keterangan




Bagan 2.2 Kerangka penelitian hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I.
2.7 Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atau pernyataan penelitian, yang harus diuji validitasnya secara empiris (Sastroasmoro, 2006:33).
Ho: Tidak ada hubungan antara status gravida dengan kejadian Emesis Gravidarum pada ibu hamil trimester I.
Hi : Ada hubungan antara status gravida dengan kejadian Emesis Gravidarum pada ibu hamil trimester I.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode penelitian sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu masalah, yang pada dasarnya menggunakan metode ilmiah (Notoatmodjo, 2002:19).
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian atau kerangka rancangan penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian (Nursalam, 2008:78).
Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan diantara variabel (Arikunto, 2006:270). Dimana terdapat 2 variabel independent dan dependen yaitu hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I.
Penelitian korelasi ini menggunakan pendekatan cross secsional, yaitu rancangan penelitian yang pengukuran atau pengamatannya dilakukan secara silmutan pada sekali waktu (Alimul, 2007:26). Dalam penelitian ini peneliti ingin mencari hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I.
3.2 Kerangka Kerja
Kerangka merupakan langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian yang berbentuk kerangka atau alur penelitian. Penulisan kerangka kerja disajikan dalam bentuk alur penelitian mulai dari desain hingga analisis datanya (Alimul, 2007:55).
|
![]() |
Bagan 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Status Gravida dengan Kejadian Emesis gravidarim pada Pada Ibu Hamil Trimester I di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung.
3.3 Identifikasi Variabel
Variabel didefinisikan sebagai karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu subyek ke subyek lain, jadi variabel adalah karakteristik suatu subyek, bukan subyek atau bendanya itu sendiri, misalnya tinggi badan dan berat badan (Sastroasmoro, 2006:221).
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:60). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen dan variabel dependen.
3.3.1 Variabel Independen
Variabel independent atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalah status gravida ibu hamil trimester I.
3.3.1 Variabel dependen
Variabel Dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010:61). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I.
3.4 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan (Nursalam, 2008:101).
Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Antara Status Gravida dengan Kejadian Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester 1di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung.
no | Variabel | Devinisi Operasionl | Indikator | Alat ukur | Skala | Kode |
1 | Variabel Independen (x)=status gravida ibu hamil trimester I. | Status seorang wanita yang sedang hamil 1-3 bulan. | - Jumlah kehamilan. | Kuesioner | Nominal | Dikelompokan menjadi: Primigra vida kode :1 Multigra vida atau Grandemultigravida Kode : 2 |
2 | Variabel dependen (y)=kejadi an emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I. | Gejala mual dan muntah yang dialami oleh ibu hamil usia kehamilan 1-3 bulan. | - ada tidaknya kejadian emesis gravidarum yang tidak mengganggu pekerjaan sehari-hari dengan frekuensi yang tidak terlalu sering ≤ 3x sehari.. . | Kuesioner | Nominal | Kategori Terjadi emesis gravidarum kode:1 Tidak terjadi emesis gravidarum kode: 2 |
3.5 Sampling Desain
3.5.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:117).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester I yang periksa di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung selama periode enam bulan terakhir dari bulan Desember 2010 sampai bulan Juni 2011 diperoleh rata-rata 20 ibu hamil per bulan.
3.5.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010:118). Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 40 orang menjadi sampel yaitu ibu hamil trimester I di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung.
3.5.2.1 Kriteria Inklusi
Kriterian inklusi adalah adalah karakteristik umum subyek penelitian pada populasi target dan pada populasi terjangkau (Sastroasmoro, 2006:41). Pada penelitian ini kriteria inklusinya adalah:
1) Ibu hamil trimester I yang bersedia menjadi menjadi responden.
2) Ibu hamil trimester I yang bisa baca dan tulis.
3.5.2.2 Kriteria eksklusi
Kriteria Eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2008: 92). Pada penelitian ini kriteria eksklusinya adalah:
1) Ibu hamil trimester I yang sedang sakit dan tidak memungkinkan mengisi kuesioner.
2) Ibu hamil trimester I yang sedang mengalami hiperemesis gravidarum.
3.5.2.3 Besar Sampel
Semakin banyak sampel maka hasil penelitian mungkin akan lebihrepresentatif meskipun keseluruhan lapisan populasi telah terwakili. Kalau jumlahnya belum memenuhi, maka kesimpulannya hasil penelitian kurang atau bahkan tidak bisa memberikan gambaran tentang populasi yang sesungguhnya (Nursalam, 2009 : 91-92).
3.5.3 Tehnik Sampling
Tehnik sampling adalah cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruan subyek penelitian (Nursalam, 2008: 93).
Tehnik sampling dalam penelitian ini menggunakan non probability sampling dengan tehnik quota sampling.
Quota sampling adalah menetapkan setiap strata populasi berdasarkan tanda yang mempunyai pengaruh terbesar variabel yang akan diselidiki. Kouta artinya penetapan subyek berdasarkan daya tampung yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2008: 95).
3.6 Pengumpulan Data dan Analisa Data
3.6.1 Pengumpulan Data
3.6.1.1 Proses pengumpulan data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2008:111).
Proses pengumpulan data dimulai dari :
1) Pengajuan ijin kepada Ketua Prodi D-III Kebidanan Karya Husada Pare Kediri.
2) Pengajuan ijin kepada pemilik RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung.
3) Permohonan untuk bersedia menjadi responden kepada calon responden (ibu primigravida, multigravida atau grandemultigravida).
4) Selanjutnya responden diberi kuesioner untuk penelitian.
5) Responden diberi kesempatan untuk mengisi kuesioner.
6) Selanjutnya data dikumpulkan dengan cara meminta kembali kuesioner yang telah terisi.
3.6.1.2 Instrumen pengumpulan data
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006:160).
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner. Kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010:199). Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup atau berstruktur dimana kuesioner tersebut sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal memilih atau menjawab pada jawaban yang sudah ada (Alimul, 2010:98). Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 7 item pertanyaan.
3.6.1.3 Waktu dan Tempat
1) Tempat Penelitian
Tempat yang dijadikan sebagai daerah penelitian adalah di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung.
2) Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 17-29 Mei 2011.
3.6.2 Analisa Data
3.6.2.1 Pengolahan data
1) Editing
Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner (Notoatmodjo, 2010:176). Proses editing ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisian.
(2) Mengecek kelengkapan data, apabila ada kekurangan halaman atau isi maka perlu dikembalikan atau diulang ke responden.
(3) Mengecek nama-nama isian data jika didalam instrumen atau beberapa item yang diisi ”tidak tau” atau isian lain tidak dikehendaki oleh peneliti padahal isian yang diharapkan tersebut merupakan variabel maka item perlu di drop (Arikunto, 2006:235).
2) Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng kodean atau coding yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2010:177). Dalam penelitian ini kode yang dimaksud adalah :
(1) Umur
Kode 1 : < 20 tahun
Kode 2 : 21-35 tahun
Kode 3 : > 35 tahun
(2) Pekerjaan
Kode 1 : Ibu rumah tangga
Kode 2 : Wiraswasta
Kode 3 : PNS
Kode 4 : Swasta
Kode 5 : Lainnya, sebutkan
(3) Tingkat pendidikan
Kode 1 : SD-SMP
Kode 2 : SMA/MA
Kode 3 : Perguruan tinggi
(4) Kejadian emesis gravidarum
Kode 1 : terjadi emesis gravidarum
Kode 2 : tidak terjadi emesis gravidarum
(5) Frekuensi emesis gravidarum
Kode 1 : Kurang dari atau sama dengan 3x sehari
Kode 2 : Tidak mual dan muntah
(6) Informasi tentang emesis gravidarum
Kode 1 : Pernah mendapat informasis tentang emesis gravidarum
Kode 2 : Tidak pernah mendapat informasi tentang emesis gravidarum
(7) Status gravida ibu hamil
Kode 1 : Primigravida
Kode 2 : Multigravida atau
Grandemultigravida
3) Scoring
Pernyataan dalam kuisioner untuk observasi. Agar observasi itu terarah dan dapat memperoleh data yang benar-benar diperlukan, maka sebaik-baiknya dalam melakukan observasi juga mempergunakan daftar pertanyaan yang lebih dikenal dengan daftar tilik (check list) yang disiapkan terlebih dahulu. Kuesioner mencakup hal-hal yang diselidiki, diamati dan diobservasi (Notoatmodjo, 2010:153).
4) Tabulating
Tabulasi data ini dilakukan setelah semua masalah editing, coding, dan scoring selesai. Tabulating adalah membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian (Notoatmodjo, 2010: 177).
(1) Analisa data secara deskriptif


Keterangan :
P : Prosentase
X : Frekuensi responden berdasarkan kriteria
N : Jumlah keseluruhan responden
Cara interpretasi dapat berdasarkan presentase, sebagaimana dengan skala kualitatif berikut ini :
100% = seluruhnya dari responden
76% - 99% = hampir seluruh dari responden
51% - 75% = sebagian besar dari responden
50% = setengahnya dari responden
26% - 49% = hampir setengahnya dari responden
1% - 25% = sebagian kecil dari responden
0% = tidak satupun dari responden
(Arikunto, 2002:347).
(2) Uji statistik yang digunakan
Setelah semua data terkumpul, kemudian peneliti melakukan analisa data. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik analisis, yaitu suatu tehnik yang berusaha mencari hubungan atau korelasi antara variabel hubungan status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I, maka ujistatistik dalam penelitian ini adalah Chi Kuadrat dan untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan dengan koefisien korelasi.


( Arikunto, 2006:290).
Keterangan :
x2 : Chi kuadrat
fo : Frekuensi yang diperoleh berdasarkan data
fh : Frekuensi yang diharapkan
Tabel 3.2 Tabel kontegensi 2 x 2
Status gravida | Kejadian emesis gravidarum | Total | |
Mengalami Emesis gravidarum | Tidak mengalami emesis gravidarum | ||
Primigravida | A | B | A + B |
Multigravida atau grandemulti gravida | C | D | C+D |
Total | A+C | B+D | A+B+C+D |
Keterangan :
A dan B : Ibu primigravida yang mengalami dan tidak mengalami emesis gravidarum.
C dan D : Ibu multigravida atau grandemultigravida yang mengalami dan tidak mengalami emesis gravidarum.
A+B dan C+D | : | Jumlah ibu primigravida, multigravida atau grandemultigravida yang mengalami dan tidak mengalami emesis gravidarum. |
A+C dan B+D | : | Jumlah ibu primigravida, multigravida atau grandemultigravida yang mengalami dan tidak mengalami emesis gravidarum. |
A+B+C+D | : | Jumlah total responden. |
Adapun rumus frekuensi harapan adalah :


( Arikunto, 2006:291).
Apabila setelah dilakukan uji statistik dengan chi kuadrat didapatkan hasil H1 diterima (ada hubungan) dilanjutkan dengan uji koefisien kontingensi untuk mengetahui seberapa kuat hubungan dari kedua variabel menggunakan tabel koefisien kontingensi dengan rumus:


(Arikunto, 2006:293).
Keterangan :
KK : koefisien kontingensi
x2 : nilai chi kuadrat
n : besar sampel
Setelah hasil perhitungan koefisien kontingensi diketahui bahwa terdapat hubungan antara kedua variabel. Untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan itu, maka dapat digunakan pedoman seperti dibawah ini:
Tabel 3.3 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Kontingensi
Interval koefisien | Tingkat hubungan |
0,00 - 0,199 0,20 - 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000 | Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat |
(Sugiyono, 2010:257).
(3) Pembacaan hasil uji
Jika x2 hitung ≥ x2 tabel maka Ho ditolak artinya signifikan.
Jika x2 hitung ≤ x2 tabel maka Ho diterima artinya tidak signifikan (Alimul, 2010: 138).
(4) Cara penarikan kesimpulan.
Makin besar harga koefisien kontingensi maka makin besar derajat korelasi. Nilai a yang dipilih 0,05. Untuk uji statistik koefisien kontingensi digunakan chi kuadrat dengan dk = (b-1) (k-1) harga chi kuadrat dibandingkan dengan harga kritik chi kuadrat yang dicantumkan pada tabel taraf kepercayaan 95%. Harga kritik untuk taraf kepercayaan 95% dengan dk = 1 adalah 3,841 Dengan demikian bila harga x2 hitung > x2 tabel maka hipotesa nihil (H0) ditolak dan hipotesa kerja (H1) diterima. Sebaliknya, bila harga x2 hitung < x2 tabel, maka hipotesa nihil (H0) diterima dan hipotesa kerja (H1) ditolak.
Uji chi-square mensyaratkan bahwa frekuensi yang diharapkan dalam masing-masing sel tidak boleh terlampau kecil (kurang dari 5). Untuk tabel kontingensi 2 x 2, penggunaan uji chi-square, disarankan:
a) Bila n > 40 gunakan x2 dengan koreksi kontinyuitas (gunakan rumus untuk tabel kontingensi 2 x 2).
b) Bila n berada diantara 20 dan 40, uji x2 dengan rumus untuk tabel kontingensi 2 x 2 boleh digunakan bila semua frekuensi yang diharapkan adalah 5 atau lebih. Jika frekuensi diharapkan yang terkecil kurang dari 5 pakailah uji Fisher.
c) Bila n < 20, pakailah uji Fisher untuk kasus apapun.
(5) Piranti yang digunakan untuk menganalisa
Piranti yang digunakan untuk menganalisa adalah maual dengan menggunakan kalkulator dan software SPSS versie 18 for windows.
3.7 Etika Penelitian
Masalah etika dalam hal penelitian kebidanan merupakan masalah yang sangat penting dalam mengingat penelitian kebidanan akan berhubungan langsung dengan manusia, maka dari segi penelitian harus diperhatikan.
3.7.1 Informed consent
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Lembar persetujuan ini diberikan sebelum penelitian dilakukan sebagai persetujuan menjadi responden. Tujuannya adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian, serta kemungkinan dampak yang akan terjadi selama penelitian. Jika subyek bersedia untuk diteliti, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut. Jika subyek tidak bersedia untuk diteliti, maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap menghormati hak-hak calon responden.
3.7.2 Tanpa nama (anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, maka penieliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (angket). Dan hanya mencantumkan kode pada masing-masing lembar tersebut.
3.7.3 Kerahasiaan (confidentiality)
Kerahasiaan informasi dari responden dijamin oleh peneliti. Karena hanya kelompok data tertentu yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian (Alimul, 2010:93).
3.8 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan merupakan kelemahan dan hambatan dalam penelitian yang dialami peneliti. Dalam penelitian ini keterbatasan yang dihadapi adalah:
3.8.1 Instrumen
Instrumen pengumpulan data yang dipakai adalah kuesioner yang dirancang sendiri oleh peneliti sehingga validitas dan reabilitasnya perlu diuji.
3.8.2 Jumlah Sampel
Sampel yang diambil terbatas karena bersifat quota sampling sehingga kurang mewakili populasi secara keseluruhan.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai “Hubungan antara Status Gravida dengan Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung”. Pengambilan data dilakukan tanggal 19 – 27 Mei 2011 dengan jumlah sampel 40 responden ibu hamil trimester I.
Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebar kuesioner. Hasil penelitian meliputi data umum dan data khusus. Data umum meliputi karakteristik responden berdasarkan umur, pekerjaan, pendidikan, frekuensi terjadinya emesis gravidarum dan pernah mendapat informasi tentang emesis gravidarum. Sedangkan data khusus menyajikan hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Data Umum
Data ini menggambarkan karakteristik responden di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung yang meliputi umur, pekerjaan, pendidikan, frekuensi terjadinya emesis gravidarum dan pernah mendapat informasi tentang emesis gravidarum.
4.1.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Karakteristik responden berdasarkan umur di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo dapat dilihat pada diagram berikut:

Diagram 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung yang Dilaksanakan Tanggal 19-27 Mei 2011.
Berdasarkan diagram 4.1 diatas dapat diketahui bahwa dari 40 responden, sebagian besar berumur 21-35 tahun yaitu 27 responden (67,50 %), dan sebagian kecil berumur >35 tahun yaitu 4 responden (10,0%).
4.1.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung dapat dilihat pada diagram berikut:

Diagram 4.2 Karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung yang Dilaksanakan Tanggal 19-27 Mei 2011.
Berdasarkan diagram 4.2 diatas dapat diketahui bahwa dari 40 responden hampir setengahnya bekerja sebagai swasta yaitu 17 responden (42,50%), dan sebagian kecil bekerja sebagai wiraswasta yaitu 7 responden (17,50%).
4.1.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan di RB Ibunda Desa Sembon Kabupaten Tulungagung dapat dilihat pada diagram berikut:

Diagram 4.3 Karakteristik responden berdasarkan Pendidikan di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulung-agung yang Dilaksanakan Tanggal 19-27 Mei 2011.
Berdasarkan diagram 4.3 diatas dapat diketahui bahwa dari 40 responden, hampir setengahnya dari responden berpendidikan SD-SMP yaitu 19 responden (47,50%), dan sebagian kecil berpendidikan Perguruan Tinggi yaitu 7 responden (17,5 %).
4.1.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Terjadinya Emesis Gravidarum
Frekuensi Terjadinya Emesis Gravidarum di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung dapat dilihat dalam diagram berikut :

Diagram 4.4 Karakteristik responden berdasarkan frekuensi terjadinya Emesis Gravidarum di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung yang Dilaksanakan Tanggal 19-27 Mei 2011.
Berdasarkan diagram 4.4 diatas dapat diketahui dari 40 responden sebagian besar mengalami emesis gravidarum ≤ 3x sehari yaitu 23 responden (57,50%) dan hampir setengahnya tidak mengalami emesis gravidarum yaitu 17 responden (42,5%).
4.1.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Informasi Tentang Emesis Gravidarum
Informasi Tentang Emesis Gravidarum di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung dapat dilihat pada diagram berikut :

Diagram 4.5 Karakteristik responden berdasarkan informasi tentang Emesis Gravidarum di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung yang Dilaksanakan Tanggal 19-27 Mei 2011.
Berdasarkan diagram 4.5 diatas dapat diketahui bahwa dari 40 responden sebagian besar responden yaitu 16 responden (40,00%) pernah mendapat informasi tentang penanganan emesis gravidarum, dan 24 responden (60,00%) tidak pernah mendapat informasi tentang penanganan emesis gravidarum.
4.1.2 Data Khusus
4.1.2.1 Karakteristik Status Gravida Pada Ibu Hamil Trimester I
Status Gravida Pada Ibu Hamil Trimester I di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung dapat dilihat pada diagram berikut :

Diagram 4.6 Status Gravida Pada Ibu Hamil Trimester I di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung yang Dilaksanakan Tangal 19-27 Mei 2011.
Berdasarkan diagram 4.6 dapat diketahui bahwa dari 40 responden, sebagian besar primigravida yaitu 22 responden (55,00%), dan hampir setengahnya multigravida atau grandemultigravida yaitu18 responden (45,00%).
4.1.2.2 Karakteristik Kejadian Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I
Kejadian Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung dapat dilihat pada diagram berikut:

Diagram 4.7 Frekuensi kejadian Emesis Gravidarum di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung yang Dilaksanakan Tanggal 19-27 Mei 2011.
Berdasarkan diagram 4.7 dapat diketahui bahwa dari 40 responden, sebagian besar terjadi emesis gravidarum yaitu 23 responden (57,50%), dan hampir setengahnya tidak terjadi emesis gravidarum yaitu 17 responden (42,50%).
4.1.2.3 Identifikasi Kejadian Emesis Gravidarum Berdasarkan Status Gravida
Identifikasi Kejadian Emesis Gravidarum Berdasarkan Status Gravida Pada Ibu Hamil Trimester I di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung dapat dilihat pada diagram berikut:

Diagram 4.8 Identifikasi kejadian Emesis Gravidarum berdasarkan status gravida di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung yang Dilaksanakan Tanggal 19-27 Mei 2011.
Berdasarkan diagram 4.8 dapat diketahui bahwa dari 40 responden. 22 responden primigravida hampir semua mengalami emesis gravidarum yaitu 21 responden (52,5%) dan 1 responden (2,5%) tidak mengalami emesis gravidarum. Sedangkan untuk 18 responden multigravida atau grandemultigravida sebaian kecil mengalami emesis gravidarum yaitu 2 responden (5%) dan sebagian besar tidak mengalami emesis gravidarum yaitu 16 responden (40%).
4.1.2.4 Analisa Hubungan Antara Status Gravida Dengan Kejadian Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I.
Tabel 4.1 Hubungan antara Status Gravida Dengan Kejadian Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I.
Status Gravida | Kejadian emesis gravidarum | Total | |
Mengalami Emesis gravidarum | Tidak mengalami emesis gravidarum | ||
Primigravida | 21 | 1 | 22 |
Multigravida atau grandemulti gravida | 2 | 16 | 18 |
Total | 23 | 16 | 40 |
Setelah tabel fo didapat, maka kita dapat mengisi tabel fh dengan menghitung fh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
![]() |
fh = 

Maka dapat dihitung sel-sel untuk tabel fh sebagai berikut :
sel a | = | fh | = | 22 40 | x 23 | = | 12,65 |
sel b | = | fh | = | 22 40 | x 17 | = | 9,35 |
sel c | = | fh | = | 18 40 | x 23 | = | 10,35 |
sel d | = | fh | = | 18 40 | x 17 | = | 7,68 |
Kemudian masukkan hasil fh pada tabel sesuai dengan rumus df (degree of freedom). Berdasarkan hasil tabel yang ada yakni fo dan fh dapat dihitung dengan rumus chi kuadrat :

x2 = 

x2 = 

= 5,51 + 7,46 + 6,74 + 9,11
= 28,82
Untuk mengetahui ada atau tidak ada hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I dipakai uji chi kuadrat. Nilai a yang dipilih 0,05. Untuk uji statistik koefisien kontingensi digunakan chi kuadrat dengan dk = (b-1) (k-1) harga chi kuadrat dibandingkan dengan harga kritik chi kuadrat yang dicantumkan pada tabel taraf kepercayaan 95%. Harga kritik untuk taraf kepercayaan 95% dengan dk = 1 adalah 3,841. Dengan demikian bila harga x2 hitung > x2 tabel maka hipotesa nihil (H0) ditolak dan hipotesa kerja (H1) diterima. Sebaliknya, bila harga x2 hitung < x2 tabel, maka hipotesa nihil (H0) diterima dan hipotesa kerja (H1) ditolak.
Dari hasil uji chi kuadrat dengan taraf signifikasi a = 0,05 didapatkan bahwa x2hitung > x2tabel yaitu 28,82 > 3,841 jadi Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti ada hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I.
Setelah dilakukan uji statistik dengan chi kuadrat didapatkan hasil H1 diterima (ada hubungan) dilanjutkan dengan uji koefisien kontingensi untuk mengetahui seberapa kuat hubungan dari kedua variabel menggunakan tabel koefisien kontingensi sebagai berikut
KK = =
=
Dari hasil uji Koefisiensi Kontingensi didapatkan koefisiensi kontingensi 0,977 yang menunjukkan tingkat hubungan yang “kuat”. Makin besar harga koefisien kontingensi maka makin besar pula derajat korelasi.
4.2 Pembahasan
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan maka pada BAB ini akan diuraikan tentang pembahasan hasil penelitian sebagai berikut:
4.2.1 Status Gravida pada Ibu Hamil Trimester I
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 17-25 Mei 2011 di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung didapatkan 40 responden ibu hamil trimester I yang terdiri dari primigravida, multigravida atau grandemultigravida. Sebagian besar primigravida yaitu 22 responden (55,00%), dan hampir setengahnya multigravida atau grandemultigravida yaitu18 responden (45,00%).
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai dari konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. dari peristiwa kehamilan ini dkenal dengan istilah primigravida, multigravida atau grandemultigravida. Primigravida adalah wanita yang hamil pertama kali, multigravida adalah ibu hamil yang sebelumnya sudah pernah hamil lebih dari satu kali sedangkan grandemultigravida adalah seorang wanita yang hamil lebih dari lima kali.
Menurut hasil penelitian, peneliti berpendapat bahwa dalam menentukan jumlah anak itu dapat dipengaruhi oleh faktor pekerjaan, pendidikan, keadaan ekonomi, pengetahuan dan latar belakang budaya. Seseorang yang mempunyai tingkat pengetahuan yang luas akan berperilaku sesuai yang mereka ketahui begitu pula dengan pekerjaan, pendidikan dan keadaan ekonomi. Jika seseorang mempunyai tingkat ekonomi yang tinggi maka akan mendorong ibu untuk mempunyai anak lebih karena merasa mampu untuk mencukupi.
4.2.2 Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 17-25 Mei 2011 di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung didapatkan 40 responden ibu hamil trimester I. Sebagian besar responden mengalami emesis gravidarum yaitu 23 responden (57,50%) dan sebagian kecil tidak mengalami emesis gravidarum yaitu 17 responden (42,50%).
Emesis Gravidarum adalah gejala yang wajar dan sering didapatkan pada ibu hamil trimester I. Mual dan muntah biasanya terjadi pada pagi hari tetapi dapat pula timbul setiap saat pada malan hari. Emesis gravidarum kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk yang disebut hiperemesis gravidarum (Prawirohardjo, 2005:275). Faktor yang mempengaruhi emesis gravidarum adalah faktor hormonal, faktor psikososial, masalah okupasional dan status gravida (Tiran, 2009:5).
Hasil penelitian dari 40 responden menunjukan bahwa sebagian besar responden adalah primigravida yaitu 21 responden yang mengalami emesis gravidarum. Secara fisik primigravida belum mampu beradaptasi dengan hormon estrogen dan koreonik gonadotropin sehingga lebih sering terjadi emesis gravidarum. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Luvlyna (2009) mengatakan bahwa secara psikologis setiap orang memiliki respon yang berbeda terhadap diagnosis kehamilan. Bagi sebagian wanita mungkin timbul perasaan gembira yang sangat dengan kehamilan yang sudah direncanakan, tetapi bagi sebagian lainnya yang belum siap, kehamilan dapat menjadi peristiwa yang mengejutkan karena mendengar berita tersebut dan membayangkan masalah sosial serta finansial yang harus ditanggungnya. Dengan adanya respon yang berbeda tersebut akan memunculkan masalah dan ketidaknyamanan umum pada kehamilan yaitu emesis gravidarum.
Faktor psikologis pada ibu hamil akan berbeda seiring dengan frekuensi bayi yang dikandung. Pada ibu yang sudah memiliki anak sebelumnya, pengalaman tentang kehamilan akan menjadi sangat berharga. Kehamilan keduanya ini mungkin tidak banyak mengandung simpati, perhatian dan nasihat sehingga ibu bisa lebih menikmati kehamilannya. Sementara ibu dengan kehamilan pertama memiliki respon dan asumsi tertentu yang diciptakan oleh ibu lain yang sudah memiliki pengalaman dalam kehamilan. Multigravida atau grandemultigravida dianggap berpengalaman dalam kehamilan, menangani anak-anaknya dan tidak akan membiarkan perubahan-perubahan serta ketidaknyamanan kehamilan mengganggu konsentrasi dan kehidupannya.
Apabila ditinjau dari segi umur hampir setengahnya berada pada usia < 20 tahun dan > 35 tahun (32,50%). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Razak (2010) mengatakan hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa ibu yang terlalu muda dimana secara fisikologis dan fungsional rahim seorang ibu belum matang sehingga belum sepenuhnya berfungsi secara optimal dan secara psikologis ibu belum siap untuk hamil dan menjadi orang tua. Terjadinya emesis gravidarum dibawah umur 20 tahun lebih disebabkan karena belum cukupnya kematangan fisik, mental dan fungsi sosial dari calon ibu sehingga menimbulkan keraguan apakah dia sanggup memberikan cinta kasih serta perawatan dan asuhan pada anak yang akan di lahirkannya nanti, hal ini bisa mempengaruhi emosi ibu sehingga terjadi konflik mental yang membuat ibu kurang nafsu makan. Bila ini terjadi maka bisa mengakibatkan iritasi lambung yang dapat memberi reaksi pada impuls motorik untuk memberi rangsangan pada pusat muntah melalui saraf otak kesaluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke diafragma dan otot abdomen sehingga bisa mengakibatkan emesis gravidarum.
Emesis gravidarum yang terjadi diatas umur 35 tahun juga tidak terlepas dari faktor psikologis yang di sebabkan karena ibu belum siap hamil lagi atau malah tidak menginginkan kehamilan sehingga akan merasa tertekan dan menimbulkan stres pada ibu. Stres mempengaruhi Hipotalamus dan memberi rangsangan pada pusat otak sehingga terjadi kontraksi otot abdominal dan otot dada yang disertai dengan penurunan diafragma menyebabkan tingginya tekanan dalam lambung, tekanan yang tinggi dalam lambung memaksa ibu untuk menarik nafas dalam sehingga membuat sfingter esophagus bagian atas terbuka dan sfingter bagian bawah berelaksasi, inilah yang memicu terjadinya emesis gravidarum.
Dari hasil penelitian, peneliti berpendapat bahwa sebagian besar responden primigravida mengalami emesis gravidarum yaitu 21 responden (52,5%). Seorang primigravida menunjukan bahwa kurangnya pengetahuan dan informasi tentang kehamilan khususnya tentang emesis gravidarum. Sedangkan pada multigravida dan grandemultigravida sudah mempunyai pengalaman, informasi dan pengetahuan tentang gejala emesis gravidarum sehingga mampu mengatasi gejalanya.
4.2.3 Hubungan antara Status Gravida dengan Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 40 responden dan setelah dilakukan uji chi kuadrat didapatkan hasil bahwa x2h > x2t yaitu 28,82 > 3,841maka Ho ditolak dan H1 diterima hal ini berarti ada hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I. Berdasarkan perhitungan koefisien kontingensi menunjukan tingkat hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum yang kuat.
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai dari konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Dari peristiwa kehamilan dikenal dengan istilah primigravida dan multigravida Pada sebagian besar primigravida belum mampu beradaptasi dengan hormon estrogen dan koreonik gonadotropin sehingga lebih sering terjadi emesis gravidarum. Sedangkan pada multigravida dan grandemultigravida sudah mampu beradaptasi dengan hormon estrogen dan koreonik gonadotropin karena sudah mempunyai pengalaman terhadap kehamilan dan melahirkan (Prawirohardjo, 2005:275).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Razak (2010) emesis gravidarum lebih banyak terjadi pada wanita yang baru pertama kali hamil hal ini tidak terlepas oleh karena faktor psikologis yakni takut pada tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah. Pada wanita yang pertama kali hamil sering terjadi emesis gravidarum karena belum siap secara mental menghadapi kehamilannya, belum siap menghadapi perubahan yang terjadi dalam dirinya seperti perubahan bentuk tubuh, buah dada membesar, munculnya jerawat di wajah atau kulit muka yang mengelupas. Emesis gravidarum pada ibu yang pertama kali hamil bisa terjadi karena takut dalam menghadapi kehamilan dan persalinan dan takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu.
Dari hasil penelitian, peneliti berpendapat bahwa dari penelitian didapatkan setengah dari 40 responden yaitu sejumlah 19 responden (47,50%) berpendidikan SD-SMP. Oleh karena itu informasi tentang kehamilan terutama pada primigravida trimester I yang didapatkan oleh ibu hamil sering kurang. Pada kenyataannya ilmu pengetahuan selalu berkembang seiring dengan kemajuan jaman. Diharapkan ibu hamil dapat mencari informasi tentang kehamilan, perubahan yang terjadi saat kehamilan dan hal-hal yang perlu dihindari pada saat hamil agar janin dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti dari buku bacaan, koran, televisi, radio, internet, berdiskusi dengan penolong persalinan atau dengan siapapun yang mengerti seputar kehamilan dan persalinan. Dengan adanya pengetahuan dan informasi yang didapat oleh ibu sehingga apabila primigravida mengalami emesis gravidarum dapat segera mengatasinya agar tidak berlanjut menjadi hiperemesis gravidarum. Sedangkan pada multigravida dan grandemultigravida sudah mempunyai pengalaman dari kehamilan terdahulu sehingga apabila mengalami emesis gravidarum dapat segera mengatasi.
Pada uji koefisien kontingensi didapatkan hasil bahwa tingkat hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I adalah kuat. Hal ini dapat dilihat dari banyak faktor yang mempengaruhi yaitu faktor hormonal, psikososial, masalah pekerjaan dan status gravida.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini disajikan kesimpulan dari hasil penelitian yag dilakukan pada tanggal 19-27 Mei 2011 yang berjudul hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada bu hamil trimester I di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung dengan jumlah sampel 40 responden.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 Dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar primigravida yaitu 22 responden (55,00%), dan hampir setengahnya multigravida atau grandemultigravida yaitu18 responden (45,00%).
5.1.2 Dari hasil penelitian didapatkan 22 responden primigravida hampir semua mengalami emesis gravidarum yaitu 21 responden (52%) dan 1 responden tidak mengalami emesis gravidarum. Sedangkan untuk 18 responden multigravida atau grandemultigravida sebaian kecil mengalami emesis gravidarum yaitu 2 responden (3%) dan sebagian besar tidak mengalami emesis gravidarum yaitu 16 responden (40%).
5.1.3 Dari hasil uji statistik menggunakan uji chi kuadrat dengan taraf signifikan a = 0,05 dengan dk=1 didapatkan bahwa x2hitung > x2tabel yaitu 28,82 > 3,841 jadi Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti ada hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I. Dari hasil uji koefisiens kontingensi didapatkan nilai KK=0,647 yang menunjukkan tingkat hubungan yang “kuat”. Makin besar harga koefisien kontingensi maka makin besar pula derajat korelasi.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Responden
Disarankan bagi responden untuk melakukan ANC secara rutin sehingga apabila mengalami emesis gravidarum dapat segera mengatasi dan tidak berlanjut menjadi hiperemesis gravidarum.
5.2.2 Bagi Tempat Penelitian
Disarankan bagi tempat penelitian agar memberi pelayanan yang seoptimal mungkin pada ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum agar tidak berlanjut menjadi hiperemesis gravidarum.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, Aziz. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Hal 26, 55.
_______________ .(2010). Metode Penelitian Kebidanan Teknik dan Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal 93, 138.
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal 347.
________________ . (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal 160, 235, 270, 290, 291, 293.
Djarwanto. (2001). Mengenal Beberapa Uji Statistik dalam Penelitian. Yogyakarta: Liberty. Hal 236.
Jimenez R.N., Sherry L.M. (2000). Kehamilan yang Menyenangkan. Jakarta: Arcan. Hal 31.
Kusmiyati, Yuni dkk. (2009). Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya. Hal 68, 94, 123.
Notoadmodjo, Soekidjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal 19.
_____________. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal 153, 176, 177.
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hal 55, 78, 92, 93, 95, 101, 111.
Oxorn, Harry. (2010). Patologi dan fisiologi persalinan. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica. Hal 58.
Prawirohardjo, Sarwono. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Hal 126, 176, 180, 275,538.
Sastroasmoro, Sudigdo. (2006). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto. Hal 33, 41, 221.
Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta. Hal 60, 61, 117, 118, 199, 257.
Tiran, denise. (2002). Mual dan Muntah Kehamilan. Jakarta. EGC. Hal 2, 4, 5, 17, 25, 287, 290.
Utami, shinta. (2008). Info Penting Kehamilan. Jakarta: Dian Rakyat. Hal 3.
Varney. (2010). Buku Saku Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC. Hal 191, 192.
www. Blogspot.com. Suparyanto. (2010). Konsep Paritas, Partus. Jakarta.
www. Blogspot.com. Luvlynia. (2009). Hubungan Status Gravida dengan Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I. Jakarta.
www. Blogspot.com. Razak. (2010). Emesis Gravidarum. Jakarta.
Casinos near me - MapyRO
BalasHapusFind 대전광역 출장샵 the nearest casinos to your location 전라북도 출장안마 and get detailed customer reviews, ratings, reviews and more for 오산 출장마사지 Casinos near Me. Rating: 4 · 동해 출장안마 7 reviews 광명 출장안마